Senin, 30 September 2013

"Kumpulan ucapan selamat malam dan selamat tidur"

dendam, kesal serta kangen
kadang-kadang membawa kegamangan
kata hati membawa sembilu
selamat tidur didalam peraduan nyaman
bersamaan doa dariku, sobat

sebening embun pagi,
secerah mentari sore,
saat hati ini tersenyum
untuk sekejap
selamat istirahat, kawan karib
semoga tidurmu lelap
berbarengan mimpimu

biduk berlalu
pinggiran tidak bergeming
mentari meredup
sembunyikan sinarnya
bersamaan ode malam
menghantar ke peraduan
selamat malam sobatku,
moga besok tambah baik

desir angin mengemukakan salam
bintang seolah tersenyum
buana beristirahat
selamat malam
moga buaian peraduan melelapkan dirimu
selamat tidur

semilir angin malam berbisik
saat rembulan naik ke area yang tinggi
sang hamba melantunkan doa
semoga diberi perlindungannya
selamat tidur, doaku menyertaimu

lembayung senja membayang di pelupuk
saat burung-burung kembali ke sarangnya
lelap berselimut mimpi
kelam berkawan damai
terima kasih atas puisi yang indah

pandangan itu senantiasa tersenyum
langkah tidak berarah seolah mengajak pergi
sisa purnama seakan menggoda hati
selamat tidur
lelaplah berbarengan bunga tidurmu

waktu jalan meniti hari
saat bintang pacarkan terang
meskipun kecil tetapi berikan arti banyak
selamat tidur
semoga besok kan jelang bahagia untukmu

saat kebimbangan berkunjung didalam dada
saat gamang jadi teman berduka
sang penyair rebahkan khayalan
moga hari ini kan cepat
melintas batas

mentari kan bersinar
embun pagi mengupas hati
mengharap harapan kan bersemi
selamat tidur
semoga minggu ini tambah baik
serta bawa barokah untuk kita

cinta yang kau bangun
didalam hatiku
perlahan-lahan tlah kau
runtuhkan sendiri
jatuh air mataku
untuk setiap kepingnya
senang tangisku
di reruntuhan puingnya
kaulah yang tlah membangunnya
kau jugalah yang berhak
mengambilnya
tidak ada hakku untuk melarang
kau ambillah apa sebagai
milikmu

kelam kan berlalu
mendung menepis duka
seakan doa terjawab
barokah fajar dapat kemurnian hati
met bubuk

saat hati terketuk
saat pelangi berbias cinta
saat kasih berbenih rindu
hati ini cuma diam didalam suka
met bubuk

layaknya hari,
semua yang berawal
tentu kan berakhir
jutaan benih cinta
lahir di hari ini
jutaan yang lain mati
kekeringan
di antaranya yaitu milikku
maka kuucapkan selamat tinggal
pada hari ini serta kujelang
hari besok
tanpa cinta …
selamat malam ….

harapan sebening embun pagi,
walau hati sekelam kabut senja
akankah hangatnya mentari
secerah pelangi usai hujan ?
selamat tidur, sobat
mimpi indah temani dirimu

harapan ada didalam kehidupan,
hambatan ada didalam langkah
serta cinta ada didalam hati
selamat tidur sobatku,
mimpi indah menyertaimu

Demikian postingan kali ini, semoga bermanfaat..

Minggu, 29 September 2013

Menghafal Al Quran Semudah Tersenyum

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”(QS. Al Qamar : 17)

       Al-Qur`an adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi kita Muhammad selama 23 tahun. Ia adalah kitab suci umat Islam yang merupakan sumber petunjuk dalam beragama dan pembimbing dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.Oleh karena itu, merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, kemudian diteruskan dengan tadabbur, yaitu dengan merenungkan dan memahami maknanya sesuai petunjuk salafus shalih, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan mengajarkannya.

       Di samping itu, kita juga dianjurkan menghapalnya dan menjaga hapalan tersebut agar jangan terlupakan, karena hal itu merupakan salah satu bukti nyata bahwa Allah SWT berjanji akan menjaga al-Qur`an dari perubahan dan penyimpangan seperti kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan salah satu bukti terjaganya al-Qur’an adalah tersimpannya di dada para penghapal al-Qur’an dari berbagai penjuru dunia, bangsa arah dan ajam (non arab).Banyak sekali anjuran dan keutamaan membaca al-Qur’an, baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah, di antara perintah membaca al-Qur`an adalah: firman Allah swt:
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabbmu (al-Qur’an).” (QS. al-Kahfi:27).
“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. Dan supaya aku membacakan al-Qur’an (kepada manusia). “. (QS. an-Naml:91-92)

       Adapun di antara keutamaan membaca al-Qur`an dari sunnah Rasulullah SAW adalah:
“Dari Utsman bin ‘Affan rad, dari Nabi saw, beliau bersabda: ‘Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya.” HR. Al-Bukhari.
Dari Abi Umamah ra. ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah olehmu al-Quran, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafaat pada hari kiamat kepada para pembacanya (penghafalnya).”(Riwayat Muslim)
“Sesiapa yang membaca satu huruf daripada kitab Allah (al-Quran) maka baginya (pembaca) dengannya (al-Quran) pahala dan pahala digandakan sepuluh sebagaimananya. Aku tidak kata bahawa “alif laam mim” itu satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim itu satu huruf.“(Riwayat Tarmizi)
“Sesiapa membaca Al Quran dan beramal dengan apa yang terkandung dalamnya maka kedua dua ibu bapanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang sinaran mahkota itu akan melebihi daripada cahaya matahari , sungguhpun matahari itu berada di dalam rumah rumah kamu di dunia ini.” (Riwayat Imam Ahmad , Abu Daud)

       Mungkin banyak metode yang pernah Anda dengar, lihat atau bahkan Anda ikuti dalam rangka menghafal Al Quran. Berbagai metode tersebut tentunya baik karena telah diuji coba oleh penemu/pengajarnya kepada beberapa orang dan komunitas. Dan salah satu metode lain untuk menghafal Al Quran adalah metode Kauny Quantum Memory yang ditemukan oleh Ust. Bobby Herwibowo. Ust. Bobby Herwibowo merupakan alumni Fakultas Syariah Universitas Al Azhar, Cairo Mesir selain aktif berdakwah melalui Majlis Al Kauny juga tercatat sebagai staf khusus Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dewan syariah Aksi Cepat Tanggap (ACT). Buku Kauny Quantum Memory (KQM) merupakan penjelasan dari berbagai teori dan metode yang digunakan dalam pelatihan menghafal Quran yang diadakan oleh Kauny Training Center. Moto dari Kauny Quantum Memory adalah menghafal Al Quran semudah tersenyum, karena siapa saja bisa menghafal Al Quran baik tua-muda, laki-laki-perempuan, miskin-kaya, kakek-nenek, petani-pengusaha dan tidak perlu harus yang pernah masuk madrasah/pesantren. Semua kalangan bisa menghafal Al Quran dan tidak ada kata terlambat untuk menghafal Al Quran. Beberapa tehnik yang diulas dalam buku Kauny Quantum Memory antara lain baby reading, tehnik quantum ala Rasulullah, dan menghafal sambil tersenyum. Allah Swt. telah menjanjikan kemudahan bagi siapapun yang ingin mempelajari Al Quran dalam firmanNya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, adakah orang yang mengambil pelajaran?” Karena itu semestinya setiap muslim benar-benar memiliki keinginan untuk mempelajari dan menghafal Al Quran serta meyakini bahwa ia mampu untuk menghafal Quran dengan pertolongan Allah. Sehingga akan timbul semangat dan pikiran yang positif dalam dirinya untuk menghafal Al Quran bukan sebaliknya bahwa hanya orang-orang yang di pesantren atau perguruan tinggi khusus atau kiai, dosen dan ulama yang hanya bisa menghafal Al Quran sehingga mematahkan semangat dan menghambat pembelajaran. Dalam buku Kauny Quantum Memory juga dipaparkan bagaimana menghafal ayat-ayat Quran yang indah dengan cara yang mudah melalui contoh-contoh dan ilustrasi bergambar. Contoh-contoh dalam buku dapat digunakan sebagai latihan, bahkan Anda dapat melatihnya ketika dalam perjalan ke kantor atau melakukan aktivitas lain. Namun, jika contoh dan penjelasan dalam buku dirasa belum cukup dan belum paham, dengan membeli buku ini Anda akan mendapatkan voucher senilai Rp 250.000 untuk mengikuti Training Kauny Quantum Memory sebagai bonus. Ayo tunggu apalagi segeralah niatkan untuk menghafal Al Quran dan miliki buku Kauny Quantum Memory untuk mempelajari tehniknya, siapa tahu metode dalam buku ini sesuai dan cocok untuk Anda, sehingga Anda dapat mudah menghafal Al Quran.

Senyuman mu, Cahaya Hatimu



Tersenyumlah disaat anda kesulitan
Tersenyumlah disaat anda bersedih
Dan
Tersenyumlah disaat anda sendiri

Kata kata diatas mungkin akan sangat tabu bagi sebagian besar orang yang membacanya.  Namun kata kata ini tidak akan tabu bagi orang yang memaknai setiap untaian nya. Orang bijak akan berkata bahwa setiap ujian dan cobaan yang melanda pasti memiliki hikmah, dan hikmah itu pasti membawa hal – hal positif yang akan mewarnai kehidupannya, oleh sebab itu ia akan sambut setiap hikmah dari cobaan itu dengan senyuman.
Mungkin kita juga sudah mengetahui berbagai macam ungkapan bahkan sampai kepada Alqur’an dan sunnah yang notabene menjadi pedoman umat manusia dalam menjalani kehidupan. Mislanya di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman “sesungguh nya aku bersama prasangka hambaku…” dan di dalam Alqur’an disebutkan “janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita…”. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kehidupan kita ini hanyalah persinggahan sementara untuk mencari dan mencari makna makna kehidupan yang tersimpan didalamnya.
Saya sendiri misalnya, sebagai seorang mahasiswa yang sejak sebelum kuliah sangat menginginkan agar bias menempuh kehidupan sebagai pelajar di negeri Arab. Namun apa yang saya lakukan ketika kenyataan berkata lain ? ketika hendak pergi study ke India dengan jalur regular, jalan sudah terbuka dan saya siap atas resiko disana, namun izin orang tua tidak kunjung saya dapatkan sehingga terpaksa saya urungkan niat itu dengan renungan yang berbuah air mata kesedihan, namun akhirnya hikmah dibalik semua itu adalah jurusan atau disiplin ilmu yang ingin saya tempuh tidak keluar pada masa itu. Sehingga saya tidak mengalami kerugian dari sisi materil sedikitpun.
Kedua kalinya, ketika ingin mengikuti ujian masuk perguruan tinggi Al Azhar mesir, saya terlambat mendaftar karena ketidak tahuan informasi, siapa yang tidak kesal ? setelah menunggu 2 tahun untuk ujian, namun akhirnya tidak bisa mendaftar. Namun kembali lagi hikmah dating menggembirakan hati saya dan menjaga saya, tak lama kemudian kawan kawan yang sudah terkanjur mendaftar pun tidak mengikuti test, disebabkan kondisi politik yang sedang bergejolak.
Lantas pantaskan saya bersedih atas perlindungan demi perlindungan yang telah diberikan Allah ? bukankah seharusnya saya bersyukur ?. begitu pula yang terjadi pada pembaca sekalian, setiap cobaan demi cobaan yang melanda, pasti memiliki hikmah dan tujuan baik yang akan menambah keimanan kita.
“ …siapa saja yang bersyukur, sesungguhnya syukurnya itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur sesungguhnya Allah maha kaya lagi terpuji”.
Setiap kesyukuran yang kita lantunkan kepada Allah, pasti akan mendapat tambahan, tambahan dan tambahan dari Allah. Itu sebabnya orang yang selalu bersyukur hidupnya selalu tersenyum meskipun ia kesulitan, meskipun ia kesakitan dan lain sebagainya.
Say no to sad
Say possible to problem
And say thanks to Allah.
Inshaallah your life will be happy…

Dr.H.Fikri Ihsan, MA.

Periwayatan Hadis secara Lafaz dan Makna

Periwayatan Hadis secara Lafaz dan Makna

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai salah satu sumber hukum Islam, hadis memiliki kedudukan yang penting bagi umat Islam. Malahan, hadis menjadi satu di antara dua panduan beragama umat Islam agar selamat dan tidak sesat dalam kehidupan di dunia. Begitu besar perhatian ulama dan umat Islam, berbagai kajian dan studi muncul untuk memahami hadis.
Dalam ajaran Islam, hadis atau  sunnah  menempati posisi yang sangat  penting, yaitu  sebagai sumber ajaran kedua setelah Al-Quran.  Jika didiskusi lebih spesifik lagi, dari sudut pandang periwayatan, setidaknya ada  dua cara periwayatan hadis. Pertama, periwayatan dengan lafaz , yaitu hadis  diriwayatkan  oleh perawinya sesuai dengan redaksi  atau lafal hadis yang diterimanya dari orang yang menyampaikan hadis tersebut kepadanya, tanpa ada perubahan, pengurangan, penambahan, atau perbedaan. Kedua, periwayatan dengan makna, yaitu  periwayatan  hadis dengan redaksi yang berbeda dari redaksi hadis yang diterima oleh para perawi, namun isi maksud dan maknanya sama.

B.  Rumusan Masalah

  • Bagaimana pengertian periwayatan hadis?
  • Bagaimana pengertian periwayatan hadis dengan lafaz dan makna?
  • Bagaimana syarat-syarat periwayatan hadis?
C.  Tujuan Pembahasan

  • Ingin mengetahui pengertian periwayatan hadits.
  • Ingin mengetahui pengertian periwayatan hadis dengan lafaz dan makna.
  • Ingin mengetahui bagaimana syarat-syarat periwayatan hadis.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Periwayatan Hadis
Terhimpunnya hadis dalam kitab-kitab hadis semisal Shahih Bukhari danShahih Muslim telah melalui kegiatan yang dinamai dengan riwayatul hadisatau al-riwayatDalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan menceritakanhadis atau periwayatan.1 Sesuatu yang diriwayatkan secara umum juga biasa disebut dengan riwayat.2
Kata riwayat adalah masdar dari kata kerja rawa yang berarti naql danzikirArtinya adalah penukilan dan penyebutan.3 Dalam istilah ilmu hadis,riwayat adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis.
Perawi hadis adalah orang yang menerima hadis dari guru dan kemudian menyampaikan atau mengajarkannya kepada orang lain (murid). Dengan demikian ada dua fungsi perawi, yaitu menerima dan menyampaikan. Seorang sahabat yang menerima hadis dari Rasul, misalnya, tetapi dia tidak menyampaikannya kepada yang lain, maka ia tidak disebut perawi. Adapun proses penerimaan dan penyampaian hadis kepada yang lain disebut periwayatan.
Seorang perawi hadis dituntut menyampaikan hadis yang diterimanya dari rasul atau sahabat kepada lain seperti apa yang didengarnya tanpa disertai komentar. Perawi bukan pensyarah atau penjelas hadis yang disampaikan.Apabila ia memberi tambahan penjelasan atau komentar, maka tidak disebut materi hadis. Oleh sebab itu dia bukan perawi yang dipercaya dan diterima riwayatnya.4
Secara istilah riwayah adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis, serta penyandaran hadis itu kepada para periwayatnya dengan bentuk-bentuk tertentu.
Beberapa point penting yang harus ada dalam periwayatan hadis adalah sebagai berikut:
  1. Orang yang melakukan periwayatan hadis yang kemudian dikenal dengan  rawi (periwayat)
  2. Apa yang diriwayatkan
  3. Susunan rangkaian para periwayat (sanad/isnad)
  4. Kalimat yang disebutkan sesudah sanad yang kemudian dikenal denganmatan, dan
  5. Kegiatan yang berkenaan dengan proses penerimaan dan penyampaian hadis (at-tahamul wa ada al-hadis).

Pembatasan atau penyederhanaan periwayatan hadis, yang ditunjukkan oleh para sahabat dengan sikap kehati-hatiannya, tidak berarti hadis-hadis rasul tidak diriwayatkan. Dalam batas-batas tertentu hadis-hadis itu diriwayatkan, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan hidup masyarakat sehari-harinya seperti dalam permasalahan ibadah dan muamalah. Periwayatan tersebut dilakukan setelah diteliti secara ketat pembawa hadis tersebut dan kebenaran isi matannya.
Ada dua jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw. Pertama dengan jalan periwayatan lafzhi (redaksinya persis seperti yang disampaikan Rasul saw.), dan kedua, dengan jalan periwayatan maknawi(maknanya saja).
B.     Periwayatan Hadis secara Lafzhi
Periwayatan lafzhi adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang diwurudkan Rasul saw, ini hanya bisa dilakukan apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul saw.
Kebanyakan dari para sahabat menempuh periwayatan hadis melalui cara ini. Mereka berusaha agar periwayatan hadis sesuai dengan redaksi dari Rasulullah saw, bukan menurut redaksi mereka. Bahkan menurut ‘Ajjaj Al-Khathib, sebenarnya, seluruh sahabat menginginkan agar periwayatan itu dengan lafzhi bukan dengan maknawi. Sebagian dari mereka secara ketat melarang meriwayatkan hadis dengan maknanya saja, hingga satu huruf atau satu katapun  tidak boleh diganti. Begitu pula tidak boleh mendahulukan susunan kata yang disebut rasul di belakang atau sebaliknya, atau meringankan bacaan yang tadinya tsiqal (berat) dan sebaliknya. Dalam hal ini Umar bin Khattab pernah berkata:
 “Barang siapa yang mendengar hadis dari Rasul saw kemudian ia meriwayatkannya sesuai dengan yang ia dengar, orang itu selamat”.6
Di antara para sahabat yang paling keras mengharuskan periwayatan hadis dengan jalan lafzhi adalah Ibnu Umar. Ia sering kali menegur sahabat yang membacakan hadis yang berbeda (walau satu kata) dengan yang pernah didengarnya dari Rasul saw, seperti yang dilakukannya terhadap Ubaid ibn Amir. Suatu ketika seorang sahabat menyebutkan hadis tentang lima prinsip dasar Islam dengan meletakkan puasa Ramadhan pada urutan ketiga. Ibn Umar serentak menyuruh agar meletakkannya pada urutan ke empat, sebagaimana yang didengarnya dari Rasulullah saw.
Selanjutnya ulama’ ahli hadis sepakat akan keharusan periwayatan hadis secara lafal untuk hadis-hadis berikut ini:
1.   Hadis-hadis yang berkaitan dengan penyebutan-penyebutan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Mereka memandangnya sebagai sebagai suatu hal yang tauqifiy dan tidak boleh diganti dengan kalimat atau kata lain walaupun sepadan.
2.  Hadis-hadis yang mengandung lafal-lafal yang dianggap ibadah (ta’abbudiya) misalnya hadis-hadis do’a.
3.     Hadis-hadis tentang jawami’ al-kalim, yakni ungkapan pendek sarat makna yang mengandung nilai balaghoh yang tinggi dan periwayatannya secara makna tidak mungkin bisa mewakili seluruh kandungan makna hadis  yang dimaksud.
4.  Hadis-hadis yang berkaitan dengan lafal-lafal ibadah, misalnya hadis tentang azan, iqamat, takbir, shalat, sighat syahadat, dan sighat akat.7

Perlu ditegaskan pula, ulama’ ahli hadis sepakat bahwa menjaga lafal hadis, menyampaikannya sesuai dengan lafal yang diterima dan didengarnya, tanpa merubah, mengganti huruf atau kata, adalah lebih utama daripada periwayatannya secara makna. Hal ini karena kalam Nabi adalah perkataan yang mengandung fashahah dan balaghah yang tidak ada bandingannya. Dan periwayatan secara makna otomatis akan menimbulkan perbedaan redaksi (dari redaksi semula dan antara periwayat yang berbeda).Bahkan redaksi hadis ini ada yang menyebabkan perbedaan makna atau maksud hadis.8

C.    Periwayatan Hadis secara Maknawi
Di antara para sahabat lainnya ada yang berpendapat, bahwa dalam keadaan darurat, karena tidak hafal persis seperti yang diwurudkan Rasul saw, boleh meriwayatkan hadis secara maknawi. Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan yang didengarnya dari Rasul saw, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasul saw, tanpa ada perubahan sedikitpun.
Meskipun demikian, para sahabat melakukannya dengan sangat hati-hati. Ibnu Mas’ud misalnya, ketika ia meriwayatkan hadis ada istilah-istilah tertentu yang digunakannya untuk menguatkan penulisannya, seperti dengan kata: qala Rasul saw hakadza (Rasul saw telah bersabda begini), atau nahwan, atau qala Rasul saw qariban min hadza.9
Abu Bakar ibn al-‘Arabi berpendapat bahwa selain sahabat Nabi saw tidak diperkenankan meriwayatkan hadis secara makna. Alasannya adalah, yangpertama, sahabat memiliki pengetahuan bahasa Arab yang tinggi (al-fashahah wa al-balaghah), dan kedua, sahabat menyaksiakan langsung keadaan dan perbuatan Nabi saw.10
Periwayatan hadis dengan maknawi akan mengakibatkan munculnya hadis-hadis yang redaksinya antara satu hadis dengan hadis lainnya berbeda-beda, meskipun maksud atau maknanya tetap sama. Hal ini sangat tergantung kepada para sahabat atau generasi berikutnya yang meriwayatkan hadis-hadis tersebut.
Karakteristik yang menonjol pada era sahabat ini adalah, bahwa para sahabat memiliki komitmen yang kuat terhadap Kitab Allah. Mereka memeliharanya dengan lembaran-lembaran, mushaf, dan dalam hati mereka. Kehati-hatiannya terhadap Al-Quran ini juga diberlakukan terhadap sunnah meskipun di satu sisi ada larangan dari Nabi saw untuk menuliskannya. Meskipun demikian mereka berupaya mempertahankan kedua-duanya. Setelah Al-Kitab terkumpul dalam satu suhuf, mereka baru berani menuliskan sunnah Nabi.
Ulama hadis berpendapat bahwa selain sahabat boleh meriwayatkan hadis secara makna, namun dengan beberapa ketentuan. Di antara ketentuan-ketentuan yang disepakati para ulama hadis adalah:
a.       Yang boleh meriwayatkan hadis secara makna hanyalah mereka yang benar-benar memiliki pengetahuan bahasa Arab yang mendalam. Dengan demikian, periwayatan matan hadis akan terhindar dari kekeliruan, misalnya manghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
b.      Periwayatan dengan makna dilakukan bila sangat terpaksa, misalnya Karena lupa susunan secara harfiah.
c.       Yang diriwayatkan dengan makna bukanlah sabda Nabi dalam bentuk bacaan yang sifatnya ta’abbudi, seperti bacaan zikir, doa, azan, takbir, dan syahadat, dan juga bukan sabda Nabi yang dalam bentuk jawami’ al-kalim.
d.      Periwayat yang meriwayatkan hadis secara makna, atau yang mengalami keraguan akan susunan matan hadis yang diriwayatkannya, agar menambahkan kata-kata ل قا كما  او , atau هذا نحو او , atau yang semakna dengannya, setelah menyatakan matan hadis yang bersangkutan.
e.       Kebolehan periwayatan hadis secara makna hanya terbatas pada masa sebelum dibukukannya hadis-hadis Nabi secara resmi. Sesudah masa pembukuannya, maka periwayatan hadis harus secara lafaz.11
Dengan adanya ketentuan tersebut, maka para perawi tidak bebas dalam meriwayatkan hadis secara makna.
Shubhi Ismail  menyebut empat syarat  yang harus dipenuhi periwayatan dengan makna  adalah  pertama,  perawi hadis  itu betul-betul seorang yang alim  mengenai ilmu nahwu, sharaf dan ilmu  bahasa Arab; kedua, perawi itu harus mengenal dengan baik segala madlul lafal dan maksud-maksudnya;ketiga, perawi itu harus  betul-betul mengetahui  hal-hal yang berbeda di antara lafal-lafal tersebut; dan keempat, perawi itu harus mempunyai  kemampuan menyampaikan  hadis dengan  penyampaian  yang benar  dan jauh dari kesalahan  atau kekeliruan.  Di samping empat syarat  tersebut Abu Rayyah  menambah satu syarat lagi, yaitu tidak boleh penambahan atau pengurangan di dalam terjemahan (penyampaian hadis dengan makna) terserbut.12
Apabila syarat-syarat tersebut  tidak terpenuhi, maka tidak boleh meriwayatkan hadis  bil ma’na , tetapi boleh meriwayatkan bil-lafzh. Imam Asy-Syafi’i menyebutkan tentang sifat-sifat  seorang perawi sebagai berikut :
  1. Tsiqah dalam beragama
  2. Terkenal kejujurannya  dalam periwayatan hadisnya.
  3. Mengetahui dengan apa  yang diriwayatkannya
  4. Mengetahui seluk beluk makna hadis berdasarkan lapazhnya.
  5. Terkenal sebagai perawi hadis  bil lafzh.
  6. Hafal jika ia meriwayatkan  hadis dari hapalannya.
  7. Hafal dengan tulisannya jika ia meriwayatkan hadis dari catatan (tulisannya).
Selain itu, orang yang mengetahui dengan segala makna hadis dari segi lafaznya, ia boleh meriwayatkannya  dengan maknanya  saja apabila ia tidak dapat  mendatangkan  lafaznya  yang asli, karena ia menerima  hadis  itu dengan lafaz  dan maknanya. Namun ia tidak mampu  untuk menyampaikan salah satunya (lafazhnya ), maka boleh saja  ia meriwayatkan  hadis itu dengan maknanya  selama dapat menghindari kekeliruan (zalal) dan kesalahan (khatha’),  Sebab tidak menyampaikan  hadis dengan  maknanya  dinilai menyembunyikan hukum.13
Terjadinya periwayatan secara makna disebabkan beberapa faktor berikut:
a.       Adanya hadis-hadis yang memang tidak mungkin diriwayatkan secara lafaz, karena tidak adanya redaksi langsung dari nabi Muhammad SAW, seperti hadis fi’liyah, hadis taqririyah, hadis mauquf dan hadis maqthu’. Periwayatan hadis-hadis tersebut adalah secara makna dengan menggunakan redaksi perawi sendiri.
b.      Adanya larangan nabi untuk menuliskan selain Alquran. Larangan ini membuat sahabat harus menghilangkan tulisan-tulisan hadis. Di samping larangan, ada pemberitahuan dari nabi tentang kebolehan menulis hadis.
c.       Sifat dasar manusia yang pelupa dan senang kepada kemudahan, menyampaikan   sesuatu yang dipahami lebih mudah dari pada mengingat susunan kata-katanya.14



BAB III
PENUTUP

Dari Pembahasan di atas dapat disimpulkan: 
1. Kata riwayat adalah masdar dari kata kerja rawa yang berarti naql danzikirArtinya adalah penukilan dan penyebutan. Dalam istilah ilmu hadis,riwayat adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis.
2.  Perawi hadis adalah orang yang menerima hadis dari guru dan kemudian menyampaikan atau mengajarkannya kepada orang lain (murid). Dengan demikian ada dua fungsi perawi, yaitu menerima dan menyampaikan.
3.  Beberapa point penting yang harus ada dalam periwayatan hadis adalah sebagai berikut:
a.       Orang yang melakukan periwayatan hadis yang kemudian dikenal dengan   rawi(periwayat)
b.      Apa yang diriwayatkan
  1. Susunan rangkaian para periwayat (sanad/isnad)
  2.  Kalimat yang disebutkan sesudah sanad yang kemudian dikenal denganmatan, dan
  3. Kegiatan yang berkenaan dengan proses penerimaan dan penyampaian hadis (at-tahamul wa ada al-hadis).
4.      Periwayatan lafzhi adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang diwurudkan Rasul saw, ini hanya bias dilakukan apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul saw.
5.     Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan yang didengarnya dari Rasul saw, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasul saw, tanpa ada perubahan sedikitpun.
6.      Ketentuan periwayatan hadis secara makna:
a.       Yang boleh meriwayatkan hadis secara makna hanyalah mereka yang benar-benar memiliki pengetahuan bahasa Arab yang mendalam. Dengan demikian, periwayatan matan hadis akan terhindar dari kekeliruan, misalnya manghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
b.      Periwayatan dengan makna dilakukan bila sangat terpaksa, misalnya Karena lupa susunan secara harfiah.
c.       Yang diriwayatkan dengan makna bukanlah sabda Nabi dalam bentuk bacaan yang sifatnya ta’abbudi, seperti bacaan zikir, doa, azan, takbir, dan syahadat, dan juga bukan sabda Nabi yang dalam bentuk jawami’ al-kalim.
d.      Periwayat yang meriwayatkan hadis secara makna, atau yang mengalami keraguan akan susunan matan hadis yang diriwayatkannya, agar menambahkan kata-kata ل قا كما  او , atau هذا نحو او , atau yang semakna dengannya, setelah menyatakan matan hadis yang bersangkutan.
e.       Kebolehan periwayatan hadis secara makna hanya terbatas pada masa sebelum dibukukannya hadis-hadis Nabi secara resmi. Sesudah masa pembukuannya, maka periwayatan hadis harus secara lafaz.
7.      Sifat-sifat seorang perawi:
a.       Tsiqah dalam beragama
b.      Terkenal kejujurannya  dalam periwayatan hadisnya.
c.       Mengetahui dengan apa  yang diriwayatkannya
d.      Mengetahui seluk beluk makna hadis berdasarkan lapazhnya.
e.      Terkenal sebagai perawi hadis  bil lafzh.
f.       Hafal jika ia meriwayatkan  hadis dari hapalannya.
g. Hafal dengan tulisannya jika ia meriwayatkan hadis dari catatan (tulisannya).


SUMBER
1.      A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h.551
2.      M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta:Bulan Bintang), hlm.23.
3.      Luwis Ma’luf, al-Munjid  fi al-Lughah, (Beirut:Dar  al-Masyriq,1973), hlm.289.
4.      A.Rahman Ritonga, Studi Ilmu-Ilmu Hadis, (Yokyakarta:Interpena, 2011), hlm.178.
5.      Ibid., hlm. 85.
6.      Al-ramaharmuzi, Al-Muhaddits Al-Fashil Baina Al-Rawi wa Al-Wa’i “(Beirut: Dar Al-Fikr, 1984), hlm. 127.
7.     Salamah Noorhidayati, Diktat Ulumul Hadits, hlm. 27.
8.     Ibid
9.      Ajjaj Al-Khattib, op. cit., hlm. 130. Lihat juga Al-Khattib Al-Baghdadi, Al-Jami’ li Akhlaq Al-Rawi wa Adabi Al-Sami’, (Kairo: Dar Al-Kutub Al-Maishriyah,t.t,) hlm.106.
10.  M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), hlm. 70.
11.  Ibid., hlm.71: Bandingkan Al-Ramahirmuzi, Al-Muhaddits al-Fashil bayn al-Rawi wa al-Wa’i, Ed. M. ‘Ajjaj al-Khathib (Beirut: Dar al-Fikr, 1404 H/1984 M), hlm. 530-531; Ibn al-Shalah, ‘Ulum al-Hadits; h. 187-192; ‘Ajjaj al-Khathib, Al-Sunnah, hlm. 132-135.
12.  A. Hafiz Anshary AZ, Periwayatan Hadis dengan Lafal dan Makna, dalam Khazanah Nomor 54  Oktober Desember  2000, IAIN Antasari, 2000 hlm. 95
13.  Muhammad ‘Ajjaj al Khatib, Ushul al Hadis, Dar al-Fikr, 1989. hlm. 252
14.  A.Rahman Ritonga, Op Cit, hlm.181
DAFTAR PUSTAKA
Afrinaldi Yunas. Periwayatan Hadis secara Lafaz dan Makna, (Online), (http://afrinaldi.blogspot.com, diakses 5 Oktober 2012).
‘Ajjaj, Muhammad. 1989. Ushul al Hadis. Dar al-Fikr.
Anshary, A. Hafiz. 2000. Periwayatan Hadis dengan Lafal dan Makna.
Ismail, Syuhudi. 1988. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintang.
Ma’luf, Luwis. 1973. Al-Munjid fi al-Lughah. Beirut: Dar al-Masyriq.
Munawwir, AW. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.Surabaya: Pustaka Progresif.
Narto Sabdo. Periwayatan Hadis, (Online), (http://nartosabdo.blogspot.com, diakses 5 Oktober 2012.
Noorhidayati, Salamah. Diktat Ulumul Hadis.
Ritonga, A.Rahman. Studi Ilmu-ilmu Hadis. Yogyakarta: Interpena.
Suparta, Munzier. 2010. Ilmu Hadis. Jakarta: Rajawali Pers.
Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.